Kamu tidak bisa memilih jodohmu? Kamu bisa. Paling tidak jika tak ikut serta memastikan wajahnya rupawan pilihlah yang hatinya harum. Mawar tidak pernah hanya menawarkan bunga yang indah juga harum tapi lebih kepada menawarkan duri-durinya. Begitu pula cinta, ia tidak hanya menawarkanmu manis dunia tapi lebih kepada menawarkan ada getir yang banyak di setiap perasaan bahagia yang kau peroleh. Seperti ketika Aku memutuskan ingin hidup bersamamu, menerima pinanganmu, memilih rumah masa depan kita kelak, menyatukan keinginan kedua orang tua kita untuk kebaikan kedua anaknya yang tak pernah bersama sebelumnya dan saling mengenal, tak lebih dari dua tahun ini. Betapa susahnya? Seperti berharap ada hujan di bulan yang dingin untuk kota ini kadang juga seperti menggenggam erat batang mawar yang penuh duri ketika belum sampai akhirnya kau telah pergi, selamanya.
Aku menatap bulan Juni yang dingin, yang menghabiskan setiap detiknya untuk membuat banyak orang berlindung di balik baju hangatnya. Apakah akan ada hujan di bulan ini? Tak ada, hanya ada hembusan angin setiap waktu, membuat tubuh semakin akrab dengan keadaan dingin yang menusuk setiap hari. Helah napas mengeluarkan asap tanpa alasan lain selain dingin. Andai hujan bulan Juni segera datang. Aku menatap bulan Juni dari balik kaca bangunan yang selalu menunggu hujan ini. Bangunan ini dibuat dengan menghilangkan kehidupan lama dan menumbuhkan kehidupan baru. Menghancurkan bangunan lama, menyisakan sedikit dan membangun bagian yang baru. Ada kisah lama yang harus dipertahankan, diingat walau sedikit untuk membangun hal baru yang lebih nyaman yang mampu melindungi dan mengasihi. Bangunan ini bukan hanya sekedar tempat untuk datang kemudian pergi tanpa merasakan apapun, Ada keputusasaan di sini, ada kebahagiaan baru, ada cinta yang baru tumbuh, ada cinta yang sudah rapuh dan saling mengkhianati, ada kemarahan yang tertahan, kecemburuan yang besar, kesedihan yang tertunda, kebahagiaan yang selalu diinginkan, kecurigaan dan kesedihan yang dalam, bahkan kejadian kekasihku menginginkan kita hidup bersama dengan sebuah cincin.
Ardham si pembawa kebaikan dan keberkahan sengaja memasang lagu sedih di siang yang tak pernah basah oleh hujan. Ardham tahu bahwa pasangan muda yang baru saja berlari keluar mobil dengan menutup kepalanya dari hujan menuju teras depan itu adalah pasangan yang saling mengkhianati kemudian salah satunya terluka atas pengkhianatan tersebut. Ardham datang dan bertanya “sudah siap pesan?”, “hot chocolate dua” jawab mereka singkat. Ardham telah paham bahwa tak mungkin mereka akan menyentuh minuman yang dipesannya, mereka akan sibuk beragumen, menceritakan kekecewaan menahan tangis salah satunya atau mungkin perasaan takut ditinggalkan kemudian berakhir dengan membayar dan pergi.
Aku berharap hujan akan segera datang, di detik terakhir bulan Juni, Ardham pun juga. Kami memandang pasangan itu tanpa harus menatapnya, ada udara lebih dingin di sekitar mereka. Apa kau pernah dengar teori tentang para orang yang pernah patah hatinya karena cinta? Mereka selalu berharap akan ada hujan, bukan dingin tanpa sebab. Apalagi untuk banyak orang di bumi yang sanggup dikhianati. Hujan akan selalu menjadi obat mujarab peluntur kesedihan.
Kau tahu? Tak ada hal yang paling menyakitkan di dunia ini ketika kau dikhianati. Itu seperti ditinggal mati. kau tangisi kemudian kau harus bangun dengan kegembiraanmu yang telah pergi. pecahlah tangis perempuannya, Ardham terdiam, bagaimana mungkin menyediakan dua cangkir hot chocolate di keadaan seperti itu. Keadaan di mana tak ada yang mampu menahan pengkhianatan ketika belum terjadi, menahan tangis ketika pengkhianatan diketahui. Tak cukup dengan minuman hangat, bahkan pelukan hangat sekalipun. Ardham melihat keadaan buruk si lelaki yang tak mampu berbuat apapun atas hal yang ia lakukan namun sanggup ia perbuat. Apalagi aku? Aku hanya mampu menyeruput kopiku.
“…I know there’s nothing worse than unrequited love, So I prayed to God that I could give the love you gave to me, But something’s lying in my way, preventing it to be…”
Di musim dingin ini ketika daun-daun berguguran dan jatuh atau mungkin masih mampu dibawa angin menuju suatu tempat Ardham memutar suatu lagu khusus untuk pasangan sahabat yang sudah lama menemukan banyak hal di tempat ini, Ardham merekam semua kejadian bahagia mereka di dalam pikiran dan minuman yang selalu mereka pesan. Hingga suatu waktu ada hati yang harus gugur, seperti dedaunan di musim ini. Ada cinta yang tertahan karena perasaan lain, ada keadaan yang tak mampu diubah ketika keadaan lain telah lebih dulu datang. Bagaimana kau mampu melihat kebiasaan untuk berbahagia antara dua sahabat kemudian berubah menjadi tak baik hanya karena perasaan cinta? Sungguh cinta mampu membawa kebahagiaan dan melenyapkannya dalam satu waktu. Ardham bertanya “mau pesan apa?” Kemudian pergi dengan pesanan yang berbeda, tak lagi sama seperti waktu yang lalu.
“…Love can be fun, love may be hurt, love can be everything you want it to, open your eyes, just see it through, and just give it a try, love will find you…”
“Lalu Ra? Bagaimana kisahmu?” Tanya Ardham padaku. “Kau bagian bangunan ini, kisahmu terekam di setiap sudut ruangan, di setiap musim yang dilalui bangunan ini, bahkan di tiap cangkir minuman yang kau pesan setiap saat di sini”.
“Apa? Aku? Aku ini kan hanya penyimak setiap adegan kehidupan di sini, sama sepertimu”. Ardham terbahak.
“Bukannya kemarin kau menerima lamaran pacarmu di sini, aku lihat raut wajahmu bahagia” tanya Ardham sembari memicingkan matanya.
“Iya, aku bahagia. Sangat bahagia” jawabku singkat dengan mengedipkan sebelah mataku pada Ardham.
Di tengah bulan dingin, Ardham membawa dua cangkir hot chocolate ketika hatiku patah atas pengkhianatan, Ardham mengencangkan volume lagu sendu di kala itu ketika suaraku naik untuk beradu argumen, menyatakan siapa yang harusnya paling tersakiti. Di awal bulan dingin, Ardham membawa dua cangkir kopi untuk lelaki yang melakukan pengkhianatan dia dan sahabatnya. Di hampir bulan dingin usai, dia melamar Ramona, gadis dengan secangkir hot chocolate. Di akhir bulan dingin, Ramona telah menang untuk segala rasa sakit bersama pengkhianat yang kembali padanya.
Kau lihat, bangunan dan musim ini menjadi saksi banyak cerita tentang hal yang tak pernah habis dibicarakan “cinta”. Aku juga mencintai lelaki yang melamarku, aku bahagia. Di musim dingin ini, di akhir juni akhirnya semua berakhir. Cukup buang mawar yang telah tergenggam erat, berpura-pura terluka adalah pembalasan yang lebih baik untuk penghkianat. Bulan dingin tak akan pernah selesai dan bangunan ini akan terus dingin. Selama lelaki penghkianat itu masih ada di dinding-dindingnya. Tersimpan baik, terpotong rapi, mengeras dengan sempurna berkat bantuan Ardham.
Di sini, di bangunan ini.
(tulisan telah diterbitkan di Malangtimes.com)