Share

admin

admin

penulis sangat bergembira jika pembaca bijak dalam menggunakan hak literasinya

Menikah

Menikah

Latteku pagi ini benar-benar pahit, tak ada sedikit pun terasa susu ataupun bagian penggembira lain dalam satu cup ini. Semacam, apa yang aku pesan selalu serupa dengan sedang apapun yang aku alami. Sewaktu hariku manis, takaran gula dalam latte yang aku pesan pun entah terasa bukan 45ml lagi. untuk itu kopi bisa mewakili perasaan semua orang, bukan hanya milik anak indi melow garis gerimis atau hujan.

Menikah

MENIKAH

“jangan baper melulu”, sejak menikah aku lebih sering membawa perasaanku ke tempat-tempat yang tidak seharusnya, aku merasa iri, merasa tidak bebas, merasa kurang diberkahi, dan lain sebagainya yang bisa dikategorikan bahwa aku manusia yang tidak tahu diuntung.

Jika menikah adalah cara menyelesaikan masalah dalam kehidupanmu, jelas kamu salah. Bahwa kehidupan akan semakin runyam Ketika kamu baru saja memutuskan menikah. memang Sebagian orang yang beranggapan bahwa menikah adalah solusi, memberikan penjelasan Panjang lebar dan memberikan bukti bahwa pernikahan yang dia lakukan benar memberi kebahagiaan, namun sebagaian lain malah sudah menerima hal kebalikannya sejak dia memberi pernyataan akan menikah. Aku jelas akan berkubu pada Sebagian lain, yang menerima kenyataan bahwa pernikahan lebih banyak pahitnya. Lalu kenapa masih saja kau teruskan sampai pada perjalanan yang Panjang tentang pernikahan? Karena Sebagian lain ini tidak memiliki pilihan untuk membatasi diri, menjauh dan keluar dari pernikahannya.

Laki-laki mudah berubah Ketika sudah menikah, seolah-olah sudah yakin bisa memiliki perempuannya tanpa ada yang bisa menghalangi lagi, padahal pengadilan agama dengan sidang perceraiannya masih berdiri tegak tak goyah! Mungkin karena sudah kodratnya perempuan sebagai liyan, selalu menjadi bagian ke dua setelah laki-laki, sebuah kebiasaan yang susah dirubah walau di masa sekarang. Perempuan boleh jadi nomor satu di segala bidang, tp mungkin tidak dalam pikiran laki-laki.

Jika saja aku memiliki sandaran yang pasti, orang tua mapan, kondisi mental yang baik dan mampu menghidupi diriku dari konsumsi pribadi yang berlebihan, aku jelas sudah tidak akan menghiraukan bahwa di dunia ini ada yang disebut dengan menikah, mencari lelaki yang cocok dan akan membawamu kepada kehidupan lain. Ah benar, bahwa indahnya drama korea jelas hanya ada dalam cerita atau memang pernah ada dalam kehidupanmu, namun tidak pada kehidupan pernikahan.

Aku pernah terbuai seperti adegan di film asia yang diidam-idamkan banyak perempuan asia pula, ah! Bukan hanya perempuan asia saja, mungkin seluruh penduduk bumi kecuali LAKI-LAKI. ditunggu di depan mobil, dibukakan pintu, digandeng Ketika hendak menyebrang, sembari rambutku dirapikannya jika terbang terbawa angin, digengam erat tangannya Ketika dia sedang sibuk menelpon atau menyetir, membawakan bunga setiap berjumpa.

Astaga, laki-laki seperti ini apa akan bertahan sebegitu hangatnya sampai 2 tahun atau lebih pernikahan? Ketika waktu itu pinggangku masih berukuran s dan sekarang L? aku tak yakin, karena dia sudah menjadi mantan pacarku 5 tahun yang lalu. Terkadang pikiranku berbisik kepada hati “sial, kau salah mencampakkan laki-laki” SETAN! Kenapa Tuhan tidak memberikan clue yang mudah untuk aku jawab. Kurang bersyukurku terlihat sangat parah, sembari melirik laki-laki yang sudah aku nikahi.

Ketika kudapati banyak kabar dari teman-temanku dahulu yang sudah terlebih dahulu menikmati jalan pernikah, lalu memilih untuk Kembali sendiri aku jelaslah sudah memahami keadaan ini. “mampus” kataku, bayangkan jika dalam usia kehidupan kita di rata-rata 60 tahun, lalu pada usia 20 th kamu memilih untuk menikah dengan orang yang ternyata salah, dan berlanjut sampai kamu mati, 40 th kamu menyiksa dirimu sendiri. Aku tah paham bagaimana hukum manusia yang menyiksa diri sendiri di akhirat, surga atau neraka. Dan apakah akan mati dengan syahid? Mimpi? Beberapa lain yang bertahan, sedang berupaya mengembalikan getar-getar asmaranya, padahal semua akan susah jika sudah dalam waktu yang lama kamu terjebak dalam identitas pernikahan yang tidak sehat.

Mungkin memang begitu jalan asmara, samar, temaram. Sehingga kadang membuat orang jatuh terjerembab, Ketika bangkit usai memilih masih jatuh Kembali. Tuhan tidak adil? Begitu katamu, padahal kau saja yang sedang buta karena cinta, yang kata pepatah TAIK kucingpun bisa rasa coklat. Gobloknya, aku salah satu orang yang menganut paham kegoblokan jalan asmara yang samar, temaram, hangat di depan, membeku di belakang, manis di ujung jalan, pahit dan getar di belakang.

Tak ada yang boleh menyalahkan asmara, karena kita tak akan pernah punya alasan untuk menyalahkannya. Aku jadi mengingat teori pertunjukkan Erving Goffman, bahwa apa yang terjadi di front stage jelas sangat berbeda dengan back stage. Front stage merupakan panggung depan di mana kita memainkan peranan kita di dalam situasi tertentu, sedangkan Back stage merupakan wilayah pertunjukkan yang tidak boleh dilihat oleh orang dan tidak mungkin dipertontonkan di front stage. Sampai di sini paham? Bahwa semua makluk di muka bumi ini tak mungkin luput dari ini. dalam kehidupan sosial teori ini sangat cocok digunakan untuk menganalisis semua permasalahanmu, bahkan sampai ke toxic people.

“kamu hanya membutuhkan laki-laki yang hangat, dan sayang suamimu tidak begitu” ha? Jelas tidaklah mungkin aku mendapatkan laki-laki begitu, sedang diriku juga bukan pribadi yang hangat. Lagi-lagi aku bilang ini jelas bukan sebuah drama, yang kaya dengan miskin, yang jahat dengan baik, yang hangat dengan yang dingin. Kalaulah drama itu banyak terjadi di dunia nyata, tidak mungkin menterimu pernah memberikan pernyataan bahwa angka kemiskininan melonjak tajam karena si miskin nikah sama si miskin, dan untuk menghindari ini, ya harusnya si kaya menikahi si miskin. Dalam drama, orang kaya berkeliaran di mana-mana untuk hanya sekadar menerima takdir bertemu dengan si miskin, sedangkan dalam kehidupan nyata, kaum miskin akan bergaul serius dengan kalangannya saja, dan kebalikannya. Sudah cukup jelas logikanya?

-teruntuk semua perempuan yang sedang berperang melawan perasaannya, merasa tidak terbekahi dalam pernikahan dan mengingat mantan yang seharusnya tidak dicampakkan. Ini hanya tulisan tak nyata, jangan-jangan kamu hanya butuh segelas latte panas dan kesendirian beberapa hari sembari berpikir lebih keras.

admin

admin

penulis sangat bergembira jika pembaca bijak dalam menggunakan hak literasinya

Share